Membaca dalam perspektif islam

MEMBACA DALAM PERSPEKTIF ISLAM “

            Membaca bagi sebagian orang adalah aktifitas yang menjenuhkan, tidak menyenangkan bahkan cenderung  “menyiksa”. Lihatlah bagaimana sulitnya seorang pelajar  untuk duduk tenang dalam satu jam untuk sekedar membaca buku pelajarannya, atau seorang mahasiswa dalam menelaah buku-buku diktat mata kuliahnya. Padahal kalau kita tengok masa lalu kebiasaan ulama utama terdahulu mereka sangat tekun sekali dalam menuntut ilmu. Membaca bagi mereka bagai memakan hidangan lezat, bahkan lebih nikmat dari itu. Tema Majalah Suara Al-Ma’ruf edisi ke-XXXI ini sangat selaras dengan fenomena zaman saat ini, dimana animo masyarakat terutama anak muda dalam hal membaca sangat kurang.  Dalam kesempatan ini, Al-faqir akan menjelaskan beberapa hal tentang membaca dalam perspektif agama islam. Semoga Bermanfaat.
            Membaca adalah aktifitas yang mulia, ia adalah gerbang utama ilmu. Dengannya ilmu akan bertambah, membaca adalah perintah yang pertama kali diturunkan kepada Rasululloh Saw. Pasti teman-teman sudah tau bahwa perintah tersebut termaktub dalam QS. Al’alaq ayat 1-5 :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
 Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu Dzat yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, Yang mengajar dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan manuasia sesuatu yang tidak diketahui (Q.s Al Alaq: 1-5).
            Ada sebuah hal yang sangat unik dengan wahyu yang pertama kali  diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw ini. Dimana perintah yang terkandung dalam wahyu ini adalah iqra’ , sedangkan yang kita tahu bahwa Rasulullah Saw sendiri adalah seorang yang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis). Mengapa demikian ? sebenarnya lafadz iqra’ tidak hanya diartikan membaca, tapi juga bisa diartikan menghimpun, mendalami, meneliti.
            Secara naluri dalam fitrahnya, manusia adalah makhluk yang memiliki couricity (rasa ingin tahu yang sangat tinggi). Semua manusia baik muda maupun tua, berusaha untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Maka dari itu budaya membaca harus ditanamkan sejak dini dan harus dibiasakan, seperti pepatah jawa “witing tresno jalaran saka Kulino”.
            Potret  kecintaan, semangat dan dedikasi para ulama terdahulu dalam menimba ilmu, bagaimana kehidupan para ulama yang selalu haus akan ilmu  dan tidak pernah merasa kenyang terhadap ilmu, lebih khusus dalam menelaah dan membaca buku. Ini merupakan manifestasi Islam masa lalu yang  berkobar diatas puncak piramida kejayaan. Hal itu disebabkan karena filosof-filosof Islam dan ulama-ulamanya cinta akan ilmu dan gemar membaca.
Semua hal yang bernilai positif pasti mempunyai manfaat, tak terkecuali membaca. Ada banyak sekali manfaat membaca. Pastinya teman-teman sudah tau membaca dapat menambah wawasan kita, menambah perbendaharaan kata. Asal teman-teman tau, membaca juga dapat bernilai ibadah, salah satunya adalah membaca Al-qur’an. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »

Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
            Sudah dijelaskan secara implisit dalam hadits di atas dan tentunya teman-teman juga sudah faham maksud dan tujuan tersebut. Betapa luar biasanya syafa’at Al-quran di hari kiamat kelak, maka dari itu mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) salah satunya dengan membaca Alqur’anul karim ini. Apalagi di Era dunia yang serba modern ini ada sarana online yang bisa dijadikan alternatif bagi kita dalam membaca Al-qur’an, dan sekaligus sebuah hal yang baru yang bisa menjadi motivasi kita agar lebih giat membaca Al-qur’an. Hal yang dimaksud adalah program One Day One Juz. Dalam program tersebut kita dituntut untuk bisa membaca minimal satu juz dalam satu hari. Subhanallaah.... sungguh ini adalah sebuah wujud kepedulian kaum muslim terhadap pentingnya membaca Al-qur’an.
            Ada sebuah maqolah yang di karang oleh almarhum walmaghfurlah KH. Muhammad Arwani Amin Kudus dan sekaligus sebagai motto Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Kudus yaitu
قٌلِيْلٌ قٌرَّ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ فَرَّ
“ Sedikit namun membekas, lebih baik daripada banyak namun menghilang”
            Maksud dari maqolah tersebut adalah, lebih baik kita membaca walaupun sedikit dan membekas daripada banyak membaca tapi tidak ada yang membekas sedikitpun. Membaca bagi Islam tidak hanya  sebatas kebiasaan akan tetapi suatu kewajiban, ukuran kemajuan suatu bangsa itu hanya bisa diukur dengan kecerdasan dan intelektualitas rakyatnya. Sungguh kebiasaan yang pernah dilakukan ulama-ulama terdahulu perlu disuarakan dan didengungkan kembali di zaman ini. Umat sangat membutuhkan ilmu atas persoalan yang mereka hadapi sekarang. Hati butuh nutrisi agar senantiasa terisi dengan lautan iman kepada- Nya.
Maka sudah saatnya para pemuda, para ulama, mencari ilmu dan semua kaum muslimin kembali menggelorakan semangat baca, menjadikannya sebagai agenda harian tiada hari tanpa membaca, jika ini semua terlaksana Insya Alloh cahaya keislaman akan segera memancar diseluruh penjuru dunia. Islam agama peradaban dan Islam rahmat bagi seluruh alam amiin yaa rabbal ‘aalamiin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Pidato Singkat Ketua OSIS Acara Maulid Nabi Muhammad SAW

Perjuangan Alexis Sanchez

prosedur teks cara membuat kolak pisang